Pintu Masuk The Hallway Space Bandung
BANDUNG--- Petang itu di hari jum’ at tepat pada masa libur panjang Maulid Nabi Muhammad Saw. saya berangkat menuju suatu tempat. Semenjak keluar dari rumah, langit yang mendung menemani perjalanan saya di hari ini. Saya pun berjalan sekitar 150 meter menuju jalan raya untuk menggunakan bus kota. Jalanan tampak penuh sesak kendaraan. Ya, mungkin karena ini waktunya panjang. Orang-orang bepergian untuk berwisata atau mengunjungi sanak famili. Menghilangkan penat dari suasana pandemi Covid-19. Hampir 8 bulan wabah ini melanda dunia. Hingga saat ini belum juga hilang. Wajar saja jika orang-orang jenuh.
Saya
pun duduk di halte sambal menunggu kedatangan bis kota. Untung saja saya tak harus
menunggu lama bus kota tersebut. Mungkin hanya sekitar 3 menit untuk menunggunya.
Saya pun menurunkan tangan saya ke arah jalan, sebagai kode memberhentikan bus.
Bus pun perlahan berhenti, sang kondektur menunggu di pintu masuk bus.
Seperti
biasa, saat memasuki bus, para penumpang duduk dengan menjaga jarak dan menggunakan
masker di masa normal baru ini. Mereka sibuk dengan dengan dirinya
masing-masing. Tak terlihat para penumpang bercengkerama. Beberapa sibuk dengan
gawai mereka. Ada juga seorang bapak paruh baya yang memerhatikan jalanan. Ya,
begitulah mungkin individu di metropolitan. Cenderung lebih individualis.
Apalagi di masa pandemi seperi saat ini, kontak sosial semakin minim.
Bus
saya yang tumpangi berjalan perlahan melewati kemacetan. Sesekali sang sopir menginjak
pedal rem. Si kondektur pun mulai menghampir para penumpang, menagih ongkos
bus. Sekitar 15 menit berada dalam kemacetan, akhirnya bus pun dapat melaju
normal kembali. Memacu kecepatannya hingga 40 km/ jam. Hujan rintik kecil pun
mulai turun. Beruntungnya tak berlangsung lama. Setelah menempuh perjalanan
sekitar 25 menit, saya pun tiba di tempat tujuan. Turun dari bus tepat di seberang
salah satu pasar yang cukup legendaris di kota berjuluk Paris Van Java ini.
Suasana
jalanan sangat ramai. Toko-toko pun masih buka, beberapa diterangi lampu teras.
Saya pun menyeberang menuju pasar itu. Pasar ini berada dekat Gedung Kesenian
Sunda. Bagi kalian orang Bandung pasti mengetahuinya. Ya, benar Pasar Kosambi.
Sebuah pasar tradisional yang letaknya di tengah kota dan pusat perekonomian
kota ini.
Tampak
kusam warna cat bangunan pasar setinggi 6 lantai ini. Saya pun menyusuri
pelataran parkir menuju pintu masuk pasar. Menaiki belasan anak tangga menuju lantai
2. Memasuki lantai 2, tampak kios-kios kosong ditutup rolling door.
Suasana gelap dengan sedikit cahaya menemani saya menelusuri lorong-lorong di lantai
2 ini. Udara pun cukup pengap. Genangan kecil air tampak di beberapa sudut.
Tak
sampai semenit, saya tiba di suatu tempat ujung lantai 2 ini. Suasana di sini
ramai dengan anak muda. Mereka nampak bercengkerama dan mengobrol santai di bangku-bangku
layaknya kafe. Di sini saya dapat melihat kios-kios yang penjualnya memang anak
muda semua. Saya pun mengelilingi tempat ini. Mereka menjual macam-macam
produk. Mulai dari makanan, minuman, produk fesyen seperti kaos distro, celana,
sepatu maupun tas. Setelah beberapa menit menelusuri tempat ini, saya pun
mendatangi salah satu kios minuman. Mereka menjual minuman seperti kopi, susu, teh
juga cokelat. Saya pun memesan satu gelas cokelat dingin dengan rasa
rekomendasi mereka. Harganya cukup terjangkau, Rp 20 ribu. Kemudian saya
mencari tempat duduk.
Sambil
menunggu pesanan cokelat dingin, saya memerhatikan sekeliling tempat saya
duduk. Sesekali mengambil gambar dengan kamera ponsel. Memang benar, ini tempat
nongkrong anak muda Bandung yang lokasinya tersembunyi. Namanya The Hallway
Space Bandung. Sudah ada sejak pertengahan 2020 dan baru saja diresmikan
Walikota Bandung, Oded Muhamad Danial di awal bulan oktober ini. Tak lama
pesanan saya selesai. Saya pun langsung ke kios tadi setelah mendengar
pemberitahuan dari alarm sejenis remot yang mereka berikan kepada saya.
Cokelat dingin cukup membuat tenggorokan dan lidah lega. Sambil menyedot
cokelat dingin, saya melihat tempat ini semakin ramai menjelang malam.
“Gua kan bilang ke nyokap, kalau gua mau main. Terus kata nyokap nanti ditransfer uangnya,” kata seorang anak muda sambil tertawa kecil yang sedang mengobrol santai dengan dua orang temannya yang duduk di sebelah saya.
Begitulah
mungkin gambaran anak muda metropolitan. Nongkrong sambil ngopi bersama teman-temannya
di tempat nongkrong anti-mainstream. Selepas menghabiskan cokelat dingin,
saya pun kembali beranjak dari tempat duduk. Mengelilingi kembali beberapa
sudut tempat nongkrong yang cukup keren ini.
Mungkin ada sekitar 20-an kios yang menjual makanan dan minuman. Sekitar 40-an kios yang menjual berbagai produk fesyen, hobi, produk hasil karya anak muda lainnya. Untuk produk hobi ada kios mainan mobil RC (remote control), kios bengkel sepeda, dan kios aksesoris motor. Ada yang menarik perhatian saya di sini, di salah satu sudut tempat ini terdapat lintasan mainan mobil remote control. Bagi kalian yang sudah menikah dan memiliki ank kecil mungkin bisa mengajaknya ke sini.
Makanan
dan minuman yang dijajakan kios-kios di sini pun beragam. Mulai dari nasi goreng,
soto, mie, ramen Jepang hingga burger dan hotdog serta menu lainnya. Tentunya
dengan harga yang beragam dan terjangkau
anak muda. Tak hanya dijadikan tempat nongkrong, The Hallway Space juga menjadi
tempat berkumpul bermacam komunitas yang didominasi anak muda. Tempat nongkrong
yang tersembunyi di dalam pasar legendaris di Kota Bandung ini pun dihadirkan
sebagai pusat maupun ruang kolaborasi dan kreativitas anak muda Bandung. Apalagi
kota kembang ini telah dikenal sebagai kota kreatif di Indonesia dan Asia.
The
Hallway Space pun dilengkapi dengan toilet dan mushola. Protokol kesehatan pun
diterapkan seperti cairan pencuci tangan
(handsanitizer) di pintu masuk. Bagi kalian yang ingin berkunjung ke sini sangat
mudah. Lokasinya berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Bandung, Aksesnya
pun sangat mudah dicapai karena berada di jalan protokol Kota Bandung yang
dilintasi transportasi umum.
Bagi
kalian yang datang dari arah timur, bisa menggunakan bis kota Damri dengan rute
Cicaheum-Leuwipanjang, Cicaheum-Cibeureum, dan Cibiru-Kebon Kalapa. Kemudian Trans
Metro Bandung koridor 2 dengan rute Cicaheum-Cibeureum. Kalian juga bisa
menggunakan angkot Antapani-Ciroyom dan turun di Perempatan Gudang Utara (Ruko
Segitiga Emas) dan berjalan kaki kurang lebih 500 meter menuju Pasar Kosambi. Dari
arah selatan dan barat dapat menggunakan angkot rute St. Hall-Gedebage dan
Trans Metro Bandung koridor 5 dengan Rute Antapani-St. Hall. Bagi kalian yang menggunakan
kereta, bisa turun di Stasiun Cikudapateuh dan kalian tinggal berjalan kaki
sekitar 300 meter. The Hallway Space buka mulai pukul 10.00 – 22.00 WIB.
Cukup
mudah kan menuju tempat nongkrong tersembunyi di dalam pasar di Kota Bandung
ini?. Selamat nongkrong dan jangan lupa jagalah kebersihan!