Ilustrasi pemesanan makanan daring. (Gambar: Tirto.Id) |
BANDUNG, (8/6/2020)--- Pandemi Corona (Covid-19) selama empat bulan terakhir cukup membuat beberapa sektor perekonomian terganggu. Apalagi dengan diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah di beberapa daerah seperti DKI Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya. Segala aktivitas masyarakat di berbagai sektor pun dibatasi demi menekan dan memutus rantai penyebaran virus Corona .
Tak terkecuali dengan industri kuliner. Industri kuliner pun turut terkena dampak kebijakan tersebut. Rumah makan, kafe, maupun restoran tidak boleh melayani makan di tempat. Semua rumah makan, kafe dan restoran hanya diperbolehkan melayani pemesanan makanan bawa pulang atau take away.
Kota Bandung yang merupakan kiblat industri kuliner di Indonesia pun mengalami dampak tersebut. Walaupun tak melayani makan di tempat, para pelaku usaha kuliner di kota berjuluk Paris Van Java ini mengalami peningkatan pemesanan makanan daring. Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku usaha kuliner rumahan di Kota Bandung.
Salah satu pelaku usaha camilan rumahan, Fadhlan Jurianto Wahid (22) mengaku pelanggan yang memesan camilannya mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Menurutnya, hal tersebut semakin meningkat, ketika kebijakan PSBB diterapkan. Masih takutnya orang-orang untuk keluar rumah menjadi pemicu peningkatan tersebut.
“Selama PSBB diberlakukan, Alhamdulillah ada peningkatan. Para konsumen pun beragam, mulai dari remaja sampai orang tua. Kenapa meningkat? Menurut saya salah satu faktornya masyarakat yang (masih) takut keluar rumah karena Covid-19 ini,” ujar Fadhlan saat diwawancarai melalui pesan singkat Whatsapp, Rabu (8/6/2020) pagi.
Pelaku usaha lainnya, Rossi Nursyamsi (32) menuturkan produk makanan di warung makan miliknya mengalami peningkatan pemesanan. Bahkan, peningkatannya hingga tiga kali lipat dari kondisi normal.
“Iya, selama ada Covid-19 ini yang pesan makanan dari warung saya meingkat. Biasanya kondisi normal hanya 10 pesanan, tapi selama ada pandemi ini bisa sampai tiga lipat. Bisa sampai 30 pesanan setiap harinya,” katanya
Pendapatannya pun mengalami peningkatan dari kondisi normal. Ia pun menambahkan pendapatannya turut meningkat signifikan. Setiap harinya ia bisa mendapat pemasukan Rp 300 ribu dari usaha warung makan miliknya.
“Kalau omzet pasti turut meningkat juga. Setiap hari bisa sampai Rp 300 ribuan. Kalau kondisi normal hanya Rp 100 ribu setiap harinya,” tambah Rossi.
Salah satu pengemudi ojek daring di Kota Bandung, Muhammad Ridwan (27) turut merasakan dampak tersebut. Ia menuturkan peningkatan paling signifikan terjadi saat bulan Ramadhan kemarin. Setiap harinya Ridwan bisa mengantarkan hingga enam pesanan makanan ke pelanggan.
“Awal pas masa pandemi di Indonesia masyarakat agak kurang menggunakan jasa pesan makanan via ojek daring. Sepertinya, masih takut juga dan sebagainya. Namun, seiring berjalan waktu yang pesan makanan via ojek daring cenderung meningkat terutama di bulan ramadhan kemarin,” kata Ridwan.
Ridwan pun menambahkan selama pandemi Covid-19, pelanggan yang menggunakan jasa pengantaran makanannya ada perubahan minat. Mereka cenderung beralih ke warung makan, camilan ataupun jajanan yang harganya relatif murah.
“(Namun) bedanya dengan kondisi normal, yang saya rasakan
masyarakat sekarang cenderung minatnya. Mereka lebih memilih ke makanan yang
harganya relatif murah seperti ke warung makan, jajanan cemilan,” pungkasnya. (Muhammad Fauzan P.)
0 komentar:
Posting Komentar