BANDUNG---Sore
itu di tengah terik matahari yang menusuk kulit, suasana Kota Bandung yang
biasanya riuh dengan hiruk pikuk masyarakat metropolitan tidak terlihat seperti
biasanya. Padahal siang itu adalah akhir
pekan. Sekali lagi ini sangat jauh dari situasi biasanya. Tak terdengar lagi
riuh klakson dan bisingnya suara mesin kendaraan bermotor. Angkutan umum
seperti angkot dan bis kota pun tampak kosong jauh dari sesak penumpang.
Mobil dan motor yang melintas
pun hanya sesekali melintas. Para pengemudi ojek daring sesekali menepi di
pinggir jalan untuk mencari dan menunggu pesanan penumpang. Tak lama mereka
bergegas pergi kembali. Mal-mal dan pusat perbelanjaan pun nampak sepi dari
para pengunjung. Sebut saja Mal Trans Studio yang berada di Jalan Gatot
Subroto, salah satu pusat perbelanjaan primadona kaum Jetset warga dalam
dan luar Kota Bandung. Pintu masuk menuju mal tersebut ditutup dan dijaga
petugas.
Antrean panjang kendaraan
yang biasanya mengular menuju pusat perbelanjaan itupun kini tak terlihat lagi.
Pun dengan situasi ruas jalan di sekitarnya, jauh dari kata keramaian dan
kepadatan. Hanya terlihat seorang pria paruh baya mengayuh becaknya sambil
mencari penumpang. Para pedagang yang membawa gerobak kecil dan biasanya
mangkal di sekitar pusat perbelanjaan ini pun tak tampak satu pun. Beberapa gerobak
mereka terparkir di sisi jalan.
Memasuki persimpangan
Jalan Laswi, tak jauh berbeda dengan kondisi ruas Jalan Gatot Subroto.
Suasananya tak terlalu ramai dan bisa dikatakan biasa-biasa saja. Dengan
mengenakan rompi biru kuning sambil menutupi mulut dan hidung dengan masker,
terlihat seorang pria. Ya, dia adalah petugas kebersihan yang sedang menyapu
jalan dari daun-daun pepohonan yang berguguran karena hembusan angin. Ia juga
mengenakan topi putih dan menggendong ransel kecil di punggungnya.
Sepanjang Jalan Riau yang
merupakan salah satu pusat factory outlet (FO) dan restoran di Kota Bandung
nampak lengang. Hanya terlihat beberapa pengemudi ojek daring mengobrol di
bangku trotoar di ruas jalan ini. Teduhnya sepanjang ruas jalan ini oleh
pepohonan mewarnai kesunyian kawasan ini.
Bergeser sedikit ke
kawasan Cicadas, salah satu pusat perdagangan di Kota Bandung. Di sini masih
terlihat sedikit keramaian. Beberapa kendaraan pun hilir mudik di kawasan Jalan
Ahmad Yani ini. Seorang pria bertubuh kekar nampak berlari kecil sambil melihat
arlojinya. Di beberapa tepi jalan ruas jalan ini, angkot nampak berhenti
sesekali menunggu penumpang.
Beberapa toko di kawasan
ini pun tutup, padahal biasanya setiap harinya beroperasi, meskipun hari libur
sekalipun. Lampu teras menyala dari toko-toko itu. Beberapa anak kecil nampak
bermain dan berlarian di depan salah satu toko. Tampak pula tiga becak sedang
terpakir di tepi jalan ini dan salah satu pemiliknya tengah tertidur dengan
topi menutupi wajahnya.
Pasar Cicadas yang berada
di Jalan Ibrahim Adjie (Kiaracondong) dan biasanya ramai pengunjung, tak
terlalu terlihat geliat aktivitas perdagangannya. Trotoar yang berada di depan
pasar ini hanya dilintasi beberapa orang saja. Kerumunan pengemudi ojek daring
yang biasanya nongkrong di sini benar-benar nihil.
Hanya satu pelapak daging
ayam yang berada di dekat pasar ini yang terlihat antrean pembeli. Beberapa
motor dan mobil nampak terparkir di depan toko pelapak daging ayam itu.
Taman
Kiara Artha yang jaraknya hanya 200 meter dari sini pun sangat lengang. Warga
yang biasanya memadati taman tersebut pun tak nampak satu pun. Gerbang masuk
menuju salah satu destinasi wisata yang tengah masyhur di Bandung ini pun
ditutup sembari dijaga dua petugas keamanan berkemeja hitam di pos penjagaan
gerbang masuk.
Tak terasa malam pun tiba
menjemput kota berjuluk Paris van Java ini. Kumandang azan Maghrib menemani
gelapnya malam kota ini. Dari atas Fly Over Kiaracondong, yang biasanya
nampak gemerlap cahaya lampu gedung-gedung pencakar langit di kawasan Pusat
Kota Bandung pun saat ini tak segemerlap biasanya. Hanya terlihat samar cahaya
Menara Kembar Mesjid Agung Jawa Barat dari kejauhan. Langit yang cerah
untungnya masih mau menemani Kota Kembang ini.
Hembusan angin malam
sangat terasa meniup leher ini dengan lembut. Cuitan burung-burung meriuhkan malam
yang sejuk ini. Cahaya bulan menerangi sunyi ‘Kota Mode’ ini. Ya, begitulah suasana Kota Bandung semenjak mewabahnya virus
Corona (Covid-19). Berbagai kawasan dan sudut kota pun menjadi sepi seperti
kota tak berpenghuni. Banyak aktivitas yang dihentikan untuk mencegah
penyebaran virus ini. Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah
atau work from home (WFH).
Pusat-pusat
perkantoran termasuk instansi pemerintahan, bisnis dan sektor pendidikan
diperintahkan untuk menghentikan aktivitasnya. Sebagai gantinya dapat menerapkan sistem WFH tersebut. Sektor
pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi pun akhirnya memutuskan untuk
menerapkan kebijakan belajar dari rumah atau study
from home (SFH) dengan metode daring.
Muhammad
Ridwan Ramadhan (28), salah satu pengemudi ojek daring di Kota Bandung turut
merasakan dampaknya. Semenjak diberlakukanya kebijakan bekerja dan belajar dari
rumah, hal tersebut cukup mempengaruhi penghasilannya.
“Ya
jelas berpengaruh besar, kira-kira di pertengahan Maret jumlah orderan mulai sepi
dan menurun, berpengaruh juga terhadap pendapatan yang menurun pula. Kalau enggak
salah semenjak diberlakukan WFH dan libur untuk anak sekolah dan kuliah,”
ujarnya saat diwawancarai melalui Whatsapp, Kamis (23/4/2020) malam.
Jumlah
penumpangnya pun mengalami penurunan drastis ketika memasuki April. Hal
tersebut menurutnya saat hampir seluruh perusahaan menerapkan kebijakan WFH. Apalagi
tambahnya, saat ini mulai diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) di Bandung Raya untuk menekan penyebaran virus Corona.
“Mulai
menurun tajam di bulan April ini ketika hampir seluruh perusahaan WFH. Walaupun
masih ada perusahaan yang belum WFH, tapi enggak banyak. Paling terasa sih sekarang, saat diberlakukan PSBB di Bandung Raya,” tambahnya
Disinggung
mengenai pendapatan, ia mengaku penghasilannya berkurang hingga 50 persen.
Kondisi ini jauh berbeda dengan situasi normal.
“Penghasilan
kotor perminggu sekarang rata-rata sekitar Rp 500-600 ribu. Mungkin untuk
bersihnya sekitar Rp 300-400 ribu. Jauh sih perbandingannya dibandingkan normal. Biasanya dalam
seminggu pendapatan kotor bisa 1 jutaan, (pendapatan) bersihnya bisa Rp 700-800 ribu. Ada penurunan
sekitar 50 persen dalam kondisi sekarang,” jelasnya
Kondisi
Kota Bandung yang lengang selama sebulan terakhir pun dirasakan Tanti Fajriani
(20) yang tinggal di kawasan Ujungberung, Kota Bandung. Ia mengatakan kondisi
tersebut dialami saat dirinya akan berbelanja kebutuhan sehari-hari ke salah
satu supermarket di Ujungberung. Suasanan jalanan yang biasanya ramai, nampak
cukup lengang saat mulai diberlakukannya PSBB di Bandung Raya.
“Jadi
kemarin (rabu) waktu saya ke supermarket untuk beli stok makanan, beras, telur,
mie dan lainnya agak sepi, enggak seramai biasanya. Kebetulan saya juga pakai
motor kan, jalanan dari rumah ke supermarket juga lengang dari biasanya,”
katanya saat diwawancarai melalui Whatsapp, Kamis (23/4/2020) malam.
Mereka
pun berharap kondisi ini bisa segera berakhir dan dapat normal kembali.
Pasalnya dengan adanya wabah virus Corona ini, aktivitas sehari-hari mereka
cukup terganggu
“Berdoa
semoga wabah (penyakit) ini segera berakhir dan semuanya kembali berjalan
normal seperti biasanya. Meskipun mungkin nanti setelah wabah ini berakhir akan
ada beberapa hal yang berbeda dari waktu sebelum wabah penyakit ini terjadi,”
harap Ridwan.
Ya,
wabah penyakit ini memang banyak mengubah segalanya. Aktivitas masyarakat pun
cukup terganggu dan terdampak dari wabah ini. Tak terkecuali bagi Kota Bandung.
Kota yang setiap harinya ramai dengan berbagai aktivitas perdagangan,
pendidikan dan pariwisata yang menjadi magnet kota berjuluk “Kota Fashion” ini.
Memang selalu ada sisi lain dari setiap peristiwa termasuk dengan mewabahnya virus ini. Kota Bandung dapat rehat sejenak dari hiruk pikuk kota metropolitan yang tiada henti. Tingkat kemacetan pun berkurang drastis dan berdampak terhadap kualitas udara kota ini sehingga menjadi lebih baik karena polusi pun ikut berkurang. Semoga kota ini lekas pulih dan kembali seperti kondisi semula.
Memang selalu ada sisi lain dari setiap peristiwa termasuk dengan mewabahnya virus ini. Kota Bandung dapat rehat sejenak dari hiruk pikuk kota metropolitan yang tiada henti. Tingkat kemacetan pun berkurang drastis dan berdampak terhadap kualitas udara kota ini sehingga menjadi lebih baik karena polusi pun ikut berkurang. Semoga kota ini lekas pulih dan kembali seperti kondisi semula.
0 komentar:
Posting Komentar