Visit Bandung

04 Februari 2019

Apa Upaya Kota Bandung Untuk Kurangi Kemacetan ?

Kemacetan sudah menjadi pemandangan yang biasa dan masalah klasik bagi kota- kota besar di dunia terutama Indonesia. DKI Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia menjadi kota termacet di Indonesia. Hal tersebut salah satunya karena jumlah kendaraan di kota berjuluk 'Batavia' ini sudah overload. Hal serupa juga dialami oleh Kota Bandung.

Kota Bandung yang dikenal sebagai 'Paris van Java' ini memang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Apalagi jika akhir pekan atau masa liburan tiba, kemacetan tak dapat terhindarkan. Hari biasa pun sebenarnya kemacetan sudah cukup parah. Biasanya kemacetan terjadi pada jam sibuk saat pagi hari dan sore hingga malam hari. Namun saat masa liburan, kemacetan semakin menjadi.

Kota Bandung sebagai kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, menjadi pusat aktivitas perekonomian dan juga pendidikan. Maka tak heran, jika warga atau masyarakat kota satelitnya seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang memilih bekerja maupun mengenyam pendidikan di kota ini.

Berdasarkan Pemerintah Kota Bandung, Kota Bandung yang berpenduduk 2, 5 juta jiwa, jumlahnya dapat bertambah hingga dua kali lipat saat siang hari.

Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, hingga 2018 jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung mencapai 1, 78 jutaan unit. Terdiri dari 1, 3 juta unit kendaraan roda dua dan 465 ribu unit kendaraan roda empat. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Bandung sendiri setiap tahunnya mencapai 11-13 persen. Dengan rincian kendaraan roda dua setiap tahun rata- rata bertambah 100 ribuan unit dan kendaraan roda empat 15- 20 ribuan unit. Jumlah tersebut belum termasuk dari kendaraan bermotor kota satelit Kota Bandung. Apalagi saat masa libur tiba, volume kendaraan semakin bertambah.

Dapat dibayangkan jalanan Kota Bandung semakin padat. Sedangkan panjang jalan Kota Bandung hanya 1.200 kilometer. Jumlah angkutan kota atau angkot di Kota Bandung hanya terdapat 5.521 unit yang terdiri dari 39 trayek.

Nah di sini saya akan berbagi informasi mengenani upaya Kota Bandung untuk menekan kemacetan yang saya himpun dari berbagai sumber dan informasi yang saya dapat. Lalu upaya apa saja yang dilakukan Kota Bandung untuk mengurangi kemacetan ? Kita simak uraian berikut.

1. Pembangunan Trans Metro Bandung (TMB)

Trans Metro Bandung merupakan tranportasi massal berupa bus rapid transit yang dimiliki Kota Bandung. TMB beroperasi pertama kali pada 2008. Jika di Jakarta kita lebih mengenalnya Transjakarta. Dari 11 hingga 13 koridor yang direncanakan beroperasi, hingga kini baru beroperasi 4 koridor.

Koridor 1 melayani rute Cibiru- Cibeureum. Koridor 2 melayani rute Cicaheum- Cibeureum. Koridor 3 melayani rute Cicaheum- Sarijadi serta Koridor 4 melayani rute Antapani- Leuwipanjang. Masing- masing koridor dilayani oleh 10 unit bis. TMB ini dikelola oleh Dishub Kota Bandung.

Rencananya pada pertengahan 2019 ini, Dishub Kota Bandung akan membuka koridor baru TMB. Hingga kini pihak Dishub Kota Bandung masih mengkaji dan mempertimbangkan rute atau jalur mana yang cocok dilalui TMB. Untuk tarif setiap koridor dikenakan tarif Rp. 3000/ penumpang.

2. Menyediakan Bis Sekolah

Bis sekolah menjadi salah satu upaya Pemkot Bandung untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung. Bis sekolah sendiri dikelola oleh Dishub Kota Bandung, sama dengan TMB. Bis sekolah ini memiliki 4 koridor.

Koridor 1 melayani rute Antapani- Ledeng. Koridor 2 melayani rute Dago- Leuwipanjang. Koridor 3 melayani rute Cibiru- Asia Afrika. Koridor 4 melayani rute Cibiru- Cibeureum. Semua unit bis berjumlah 24 armada.

3. Menghadirkan Bis Wisata Bandros

Bis Bandros merupakan bis wisata yang dimiliki Kota Bandung. Fasilitas ini juga sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung. Bandros sendiri merupakan singkatan dari 'Bandung Tour On Bus'. Bis wisata bergaya art deco ini pertama kali beroperasi pada 2014 saat masa kepemimpinan Ridwan Kamil- Oded Danial.

Bis yang pertama kali beroperasi berwarna merah berjenis double dekker. Namun karena ada suatu insiden dan banyak kabel serta ranting pohon yang melintang di jalanan Kota Bandung, akhirnya Bis Bandros hanya diizinkan memiliki 1 lantai atau single dekker karena pertimbangan keamanan dan keselamatan.

Dalam perencanaannya Bis Bandros ini dihadirkan untuk melayani wisatawan yang ingin berkeliling Kota Bandung dengan cara menukarkan dan menunjukkan kupon atau struk belanja dari pusat perbelanjaan yang sudah ditentukan Pemkota Bandung.

Namun kini diubah tiket bisa didapatkan di shelter- shelter Bis Bandros yang telah disediakan. Hingga kini Bis Bandros melayani 5 jalur (koridor) yang dilayani oleh 18 unit Bis Bandros dari target 30 unit Bis Bandros yang beroperasi.

4. Rencana Pembangunan LRT Metro Kapsul

Metro Kapsul Bandung merupakan jaringan transportasi berbasis rel dengan kereta ringan (LRT/ Light Rapid Transit). Komponen metro kapsul ini (dijamin) menggunakan 98 persen komponen lokal serta sisanya diimpor dari Slovenia. Untuk konstruksinya sendiri akan dibangun anti-gempa dengan menggunakan teknologi dari Jepang.

Menurut rencana LRT Metro Kapsul ini akan melewati beberapa pasar di pusat Kota Bandung dan menjadikannya sebagai stasiun. Rute yang akan dilalui yaitu Pasar Baru- Pasar Kebon Kelapa- Pasar Ancol- Pasar Palasari- Pasar Kosambi- Pasar Baru.

Panjang rutenya mencapai 8, 5 kilokemeter. Untuk tarif sendiri akan dikenakan Rp. 6000/ penumpang. LRT Metro Kapsul ini dapat melaju dengan kecepatan maksimal 80 km/ jam dan dirancang tanpa pengemudi.

Namun hingga kini, proyek ini masih menunggu izin dan keputusan dari pemerintah pusat.

5. Rencana Pembangunan Cable Car

Cable Car merupakan transportasi massal berupa kereta gantung akan dibangun Kota Bandung. Rencananya, untuk tahap awal cable car ini akan menghubungkan kawasan Dago dengan Cihampelas yang melintang di atas Lembah Tamansari.

Stasiunnya akan berdiri di atas lahan PDAM di Jalan Badak Singa dan di Mal Ciwalk. Panjang rutenya yaitu sekitar 400 meter. Cable Car ini akan dilayani 60 unit kereta gantung dengan kapasitas 10 penumpang.

6. Rencana Pembangunan Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR)

Kota Bandung juga akan membangun tol dalam kota yang dinamakan BIUTR (Bandung Intra Urban Toll Road). Proyek yang sudah cukup lama tidak terdengar ini kembali mencuat pada pertengahan 2018. Kendala proyek ini yaitu sulitnya mencari investor dan terkendala lahan.

Pada 2016 proyek ini akan diserahkan kepada investor asal Jepang yaitu JICA (Japan International Corporation Agency). Terakhir, 14 lembaga kementerian berencana menghibahkan lahannya. 

BIUTR ini akan menghubungkan Pasteur- Gasibu- Suci- Cicaheum- Ujung Berung- Sukarno-Hatta- Gedebage- Cileunyi sepanjang 27, 3 kilometer. Hingga kini baru terbangun 2 km yaitu gerbang tol/ interchange Gedebage yang dibangun oleh pengembang Summarecon.

Kemudian tahap selanjutnya akan dilanjutkan ke Jalan Sukarno- Hatta sepanjang 2 km. Ini menjadi cikal bakal BIUTR.

7. Rencana Pembangunan North- South Link Toll Road (NS Link)

North- South Link (NS Link) ini merupakan tol dalam kota yang akan menghubungkan Pasir Koja dengan Pasteur. Usulan pembangunan muncul pada pertengahan 2018 oleh Plt. Gubernur Jawa Barat M. Iriawan. NS Link akan menghubungkan selatan dan utara Kota Bandung.

Kemudian rutenya diubah, yang akan menghubungkan Pasir Koja- Pudai sepanjang 14, 3 kilometer. Jalan yang dilalui yaitu Pasir Koja- Jalan Peta- Jalan BKR- Jalan Pelajar Pejuang 45- Jalan Laswi- Jalan Sukabumi- Jalan Jakarta- Jalan  Supratman- Pudai.

Karena di kawasan Jalan W. R. Supratman banyak terdapat pepohonan dan bangunan cagar budaya dan mendapat masukan dari budayawan, beberapa opsi pun muncul. Mulai dari underpass di kawasan Jalan W. R. Supratman hingga pembelokkan rute dari perempatan Jalan Jakarta tidak lurus ke Jalan W. R. Supratman, namun dibelokkan ke Jalan Jenderal Ahmad Yani yang akan berakhir di Cicaheum.

Rencananya NS Link ini akan beroperasi 2021. NS Link ini juga diusulkan agar memiliki jalur sepeda motor. NS Link untuk memecah pengguna jalan yang hanya akan melintasi Kota Bandung dan yang akan bergerak di dalam Kota Bandung. NS Link juga nantinya akan terhubung dengan BIUTR.

8. Menghadirkan Angkot Eksekutif

9. Menghadirkan BOSEH Bike Sharing

BOSEH Bike Sharing menjadi salah satu upaya Kota Bandung untuk mengurangi tingkat kemacetan di Kota Bandung. BOSEH bike sharing merupakan sistem transportasi alternatif berbasis sepeda perkotaan. BOSEH merupakan singkatan dari Bike On The Street Everyone Is Happy.

Transportasi ini diresmikan oleh Ridwal Kamil pada Juli 2017. BOSEH ini menerapkan sistem point to point. BOSEH ini mengadopsi bike sharing dari Eropa. Hingga kini sudah ada 17 stasiun sepeda BOSEH yang tersebar di Kota Bandung, dari target 30 stasiun. Jumlah unit sepedanya pun ditargetkan 300 unit. Hingga saat ini baru tersedia sekitar setengah dari target.

Untuk sistem pembayarannya sendiri, menggunakan kartu e-money. Anda dapat mendapatkannya di bank- bank yang telah ditentukan Pemkot Bandung dan di stasiun BOSEH yang sudah ditentukan. Sehingga pengguna hanya tinggal menempelkan kartu e-money pada mesin peminjaman sepeda.

Untuk sistem keamanan, nantinya semua stasiun BOSEH akan dilengkapi CCTV. Saat ini baru beberapa stasiun yang telah terpasang CCTV. Setiap unit sepedanya pun dilengkapi alat pendeteksi atau pelacak berupa RFID (Radio Frequency Idetification).

10. Pembangunan Fly Over dan 
Underpass

Kota Bandung juga berencana membangun sekitar 5 fly over atau jalan layang dan underpass selama 5 tahun ke depan. Hingga saat ini Pemkot Bandung masih mengkaji lokasi mana yang akan dibangun fly over atau underpass.

Fly over maupun underpass yang akan di bangun di Kota Bandung, mayoritas akan dibangun di persimpangan (sebidang) karena titik tersebut menjadi salah satu simpul kemacetan di Kota Bandung.

Hingga saat ini Kota Bandung baru memiliki satu fly over yang berada di persimpangan yaitu Fly Over Antapani (Fly Over Pelangi) yang diresmikan pada Januari 2017.

11. Pembangunan Skywalk

Dari sekian banyak upaya yang akan maupun yang sudah dilakukan Kota Bandung dalam menekan kemacetan, saya pribadi lebih setuju dengan pembangunan transportasi massal dan transportasi alternatif daripada pembangunan jalan tol dalam kota. Mengapa demikian, karena menurut saya transportasi massal merupakan solusi utama untuk menekan masalah kemacetan di Kota Bandung.

Walaupun tol dalam kota dalam menekan atau mengurangi kemacetan, tapi itu (mungkin) hanya untuk jangka pendek. Karena seperti kita ketahui, setiap waktu jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung terus bertambah.

Hal tersebut menurut saya akan tetap membuat jalan padat dengan kendaraan. Karena secara tidak langsung masyarakat (mungkin) akan beranggapan adanya jalan tol (dalam kota) akan membuat perjalanan menjadi lebih singkat waktu tempuhnya. Tentunya mereka (akan) lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.

Jika pemerintah lebih memilih membangun transportasi massal, itu menurut saya akan sangat baik. Karena yang terpenting mengubah mindset atau cara berpikir masyarakat untuk beralih maupun menggunakan transportasi massal. 

Mindset atau cara berpikir warga atau masyarakat kota juga, dapat menjadi kriteria ataupun acuan suatu kota dapat disebut sebagai Smart City. Karena smart city atau kota pintar tak hanya ditinjau dari teknologi yang terintegrasi, namun ditinjau pula dari mindset warganya.

Penjelasan yang lain segera menyusul.

Mohon maaf bila ada kesalahan. Sekian dan terima kasih.

Sumber dan Referensi: 
Harian Umum Pikiran Rakyat
Berbagai Sumber
detik.com
prfmnews.com
regional.kompas.com
pikiran-rakyat.com
Wawancara pribadi

Kritik dan saran bisa dikirim melalui muhfauzanp@gmail.com

Hatur nuhun
Share:

0 komentar:

Posting Komentar