Visit Bandung

23 April 2020

Menengok Sunyinya Bandung di Tengah Wabah Virus Corona




Pengendara melintasi lengangnya Fly Over Antapani di Jalan Jakarta, Kota Bandung, Jum' at (24/4/2020) pagi. Semenjak mewabahnya virus Corona (Covid-19) di Indonesia termasuk Kota Bandung, sejumlah kawasan dan ruas jalan pun sepi dampak diterapkannya bekerja dari rumah atau work from home (WFH). (Foto/ Muhammad Fauzan Prikatama)

BANDUNG­---Sore itu di tengah terik matahari yang menusuk kulit, suasana Kota Bandung yang biasanya riuh dengan hiruk pikuk masyarakat metropolitan tidak terlihat seperti biasanya. Padahal siang itu adalah akhir pekan. Sekali lagi ini sangat jauh dari situasi biasanya. Tak terdengar lagi riuh klakson dan bisingnya suara mesin kendaraan bermotor. Angkutan umum seperti angkot dan bis kota pun tampak kosong jauh dari sesak penumpang.

Mobil dan motor yang melintas pun hanya sesekali melintas. Para pengemudi ojek daring sesekali menepi di pinggir jalan untuk mencari dan menunggu pesanan penumpang. Tak lama mereka bergegas pergi kembali. Mal-mal dan pusat perbelanjaan pun nampak sepi dari para pengunjung. Sebut saja Mal Trans Studio yang berada di Jalan Gatot Subroto, salah satu pusat perbelanjaan primadona kaum Jetset warga dalam dan luar Kota Bandung. Pintu masuk menuju mal tersebut ditutup dan dijaga petugas.

Antrean panjang kendaraan yang biasanya mengular menuju pusat perbelanjaan itupun kini tak terlihat lagi. Pun dengan situasi ruas jalan di sekitarnya, jauh dari kata keramaian dan kepadatan. Hanya terlihat seorang pria paruh baya mengayuh becaknya sambil mencari penumpang. Para pedagang yang membawa gerobak kecil dan biasanya mangkal di sekitar pusat perbelanjaan ini pun tak tampak satu pun. Beberapa gerobak mereka terparkir di sisi jalan.

Memasuki persimpangan Jalan Laswi, tak jauh berbeda dengan kondisi ruas Jalan Gatot Subroto. Suasananya tak terlalu ramai dan bisa dikatakan biasa-biasa saja. Dengan mengenakan rompi biru kuning sambil menutupi mulut dan hidung dengan masker, terlihat seorang pria. Ya, dia adalah petugas kebersihan yang sedang menyapu jalan dari daun-daun pepohonan yang berguguran karena hembusan angin. Ia juga mengenakan topi putih dan menggendong ransel kecil di punggungnya.

Sepanjang Jalan Riau yang merupakan salah satu pusat factory outlet (FO) dan restoran di Kota Bandung nampak lengang. Hanya terlihat beberapa pengemudi ojek daring mengobrol di bangku trotoar di ruas jalan ini. Teduhnya sepanjang ruas jalan ini oleh pepohonan mewarnai kesunyian kawasan ini.

Bergeser sedikit ke kawasan Cicadas, salah satu pusat perdagangan di Kota Bandung. Di sini masih terlihat sedikit keramaian. Beberapa kendaraan pun hilir mudik di kawasan Jalan Ahmad Yani ini. Seorang pria bertubuh kekar nampak berlari kecil sambil melihat arlojinya. Di beberapa tepi jalan ruas jalan ini, angkot nampak berhenti sesekali menunggu penumpang.

Beberapa toko di kawasan ini pun tutup, padahal biasanya setiap harinya beroperasi, meskipun hari libur sekalipun. Lampu teras menyala dari toko-toko itu. Beberapa anak kecil nampak bermain dan berlarian di depan salah satu toko. Tampak pula tiga becak sedang terpakir di tepi jalan ini dan salah satu pemiliknya tengah tertidur dengan topi menutupi wajahnya.

Pasar Cicadas yang berada di Jalan Ibrahim Adjie (Kiaracondong) dan biasanya ramai pengunjung, tak terlalu terlihat geliat aktivitas perdagangannya. Trotoar yang berada di depan pasar ini hanya dilintasi beberapa orang saja. Kerumunan pengemudi ojek daring yang biasanya nongkrong di sini benar-benar nihil.
Hanya satu pelapak daging ayam yang berada di dekat pasar ini yang terlihat antrean pembeli. Beberapa motor dan mobil nampak terparkir di depan toko pelapak daging ayam itu. 

Taman Kiara Artha yang jaraknya hanya 200 meter dari sini pun sangat lengang. Warga yang biasanya memadati taman tersebut pun tak nampak satu pun. Gerbang masuk menuju salah satu destinasi wisata yang tengah masyhur di Bandung ini pun ditutup sembari dijaga dua petugas keamanan berkemeja hitam di pos penjagaan gerbang masuk. 

Tak terasa malam pun tiba menjemput kota berjuluk Paris van Java ini. Kumandang azan Maghrib menemani gelapnya malam kota ini. Dari atas Fly Over Kiaracondong, yang biasanya nampak gemerlap cahaya lampu gedung-gedung pencakar langit di kawasan Pusat Kota Bandung pun saat ini tak segemerlap biasanya. Hanya terlihat samar cahaya Menara Kembar Mesjid Agung Jawa Barat dari kejauhan. Langit yang cerah untungnya masih mau menemani Kota Kembang ini.

Hembusan angin malam sangat terasa meniup leher ini dengan lembut. Cuitan burung-burung meriuhkan malam yang sejuk ini. Cahaya bulan menerangi sunyi ‘Kota Mode’ ini. Ya, begitulah suasana Kota Bandung semenjak mewabahnya virus Corona (Covid-19). Berbagai kawasan dan sudut kota pun menjadi sepi seperti kota tak berpenghuni. Banyak aktivitas yang dihentikan untuk mencegah penyebaran virus ini. Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Pusat-pusat perkantoran termasuk instansi pemerintahan, bisnis dan sektor pendidikan diperintahkan untuk menghentikan aktivitasnya. Sebagai gantinya  dapat menerapkan sistem WFH tersebut. Sektor pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi pun akhirnya memutuskan untuk menerapkan kebijakan belajar dari rumah atau study from home (SFH) dengan metode daring.

Muhammad Ridwan Ramadhan (28), salah satu pengemudi ojek daring di Kota Bandung turut merasakan dampaknya. Semenjak diberlakukanya kebijakan bekerja dan belajar dari rumah, hal tersebut cukup mempengaruhi penghasilannya.

“Ya jelas berpengaruh besar, kira-kira di pertengahan Maret jumlah orderan mulai sepi dan menurun, berpengaruh juga terhadap pendapatan yang menurun pula. Kalau enggak salah semenjak diberlakukan WFH dan libur untuk anak sekolah dan kuliah,” ujarnya saat diwawancarai melalui Whatsapp, Kamis (23/4/2020) malam.

Jumlah penumpangnya pun mengalami penurunan drastis ketika memasuki April. Hal tersebut menurutnya saat hampir seluruh perusahaan menerapkan kebijakan WFH. Apalagi tambahnya, saat ini mulai diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bandung Raya untuk menekan penyebaran virus Corona.

“Mulai menurun tajam di bulan April ini ketika hampir seluruh perusahaan WFH. Walaupun masih ada perusahaan yang belum WFH, tapi enggak banyak. Paling terasa sih sekarang, saat diberlakukan PSBB di Bandung Raya,” tambahnya

Disinggung mengenai pendapatan, ia mengaku penghasilannya berkurang hingga 50 persen. Kondisi ini jauh berbeda dengan situasi normal.

“Penghasilan kotor perminggu sekarang rata-rata sekitar Rp 500-600 ribu. Mungkin untuk bersihnya sekitar Rp 300-400 ribu. Jauh sih perbandingannya dibandingkan normal. Biasanya dalam seminggu pendapatan kotor bisa 1 jutaan, (pendapatan)  bersihnya bisa Rp 700-800 ribu. Ada penurunan sekitar 50 persen dalam kondisi sekarang,” jelasnya

Kondisi Kota Bandung yang lengang selama sebulan terakhir pun dirasakan Tanti Fajriani (20) yang tinggal di kawasan Ujungberung, Kota Bandung. Ia mengatakan kondisi tersebut dialami saat dirinya akan berbelanja kebutuhan sehari-hari ke salah satu supermarket di Ujungberung. Suasanan jalanan yang biasanya ramai, nampak cukup lengang saat mulai diberlakukannya PSBB di Bandung Raya.

“Jadi kemarin (rabu) waktu saya ke supermarket untuk beli stok makanan, beras, telur, mie dan lainnya agak sepi, enggak seramai biasanya. Kebetulan saya juga pakai motor kan, jalanan dari rumah ke supermarket juga lengang dari biasanya,” katanya saat diwawancarai melalui Whatsapp, Kamis (23/4/2020) malam.

Mereka pun berharap kondisi ini bisa segera berakhir dan dapat normal kembali. Pasalnya dengan adanya wabah virus Corona ini, aktivitas sehari-hari mereka cukup terganggu

“Berdoa semoga wabah (penyakit) ini segera berakhir dan semuanya kembali berjalan normal seperti biasanya. Meskipun mungkin nanti setelah wabah ini berakhir akan ada beberapa hal yang berbeda dari waktu sebelum wabah penyakit ini terjadi,” harap Ridwan.

Ya, wabah penyakit ini memang banyak mengubah segalanya. Aktivitas masyarakat pun cukup terganggu dan terdampak dari wabah ini. Tak terkecuali bagi Kota Bandung. Kota yang setiap harinya ramai dengan berbagai aktivitas perdagangan, pendidikan dan pariwisata yang menjadi magnet kota berjuluk “Kota Fashion” ini. 

Memang selalu ada sisi lain dari setiap peristiwa termasuk dengan mewabahnya virus ini. Kota Bandung dapat rehat sejenak dari hiruk pikuk kota metropolitan yang tiada henti. Tingkat kemacetan pun berkurang drastis dan berdampak terhadap kualitas udara kota ini sehingga menjadi lebih baik karena polusi pun ikut berkurang. Semoga kota  ini lekas pulih dan kembali seperti kondisi semula.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar